National Media Nusantara
Kesehatan

Prevalensi Stunting di Kaltim Masih Tinggi, IDAI Gelar Skrining Tumbuh Kembang Serentak

Teks: Ketua IDAI Kaltim, dr. Diane Meutya Supit

Samarinda, natmed.id – Prevalensi stunting di Kalimantan Timur masih berada pada angka yang mengkhawatirkan. Data Dinas Kesehatan menunjukkan prevalensi stunting di provinsi ini mencapai 22,2 persen, sedikit meningkat dari tahun sebelumnya yang berada di angka 22,09 persen.

Kondisi tersebut mendorong Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Cabang Kalimantan Timur menggelar skrining tumbuh kembang anak secara serentak di 10 kabupaten/kota, termasuk di wilayah perbatasan seperti Mahakam Ulu.

Di Samarinda, kegiatan terpusat di UPTD Puskesmas Lok Bahu, Kecamatan Sungai Kunjang, pada Sabtu, 9 Agustus 2025.

Program ini menjadi bagian dari upaya mendeteksi dini stunting dan gangguan perkembangan anak sejak usia dini.

Ketua IDAI Kaltim, Diane Meutya Supit, mengatakan skrining dilakukan dengan mengulang pemeriksaan pertumbuhan yang mencakup pengukuran berat badan, tinggi badan, lingkar kepala, hingga penilaian perkembangan anak. Empat aspek yang menjadi fokus adalah motorik halus, motorik kasar, bahasa dan bicara, serta kemandirian sosial.

“Di Lok Bahu ini ada sekitar 2.600 balita, dan angka stuntingnya cukup tinggi. Karena itu kami pusatkan kegiatan di sini, dengan 100 anak yang akan disaring ulang untuk memastikan deteksi dini gangguan pertumbuhan dan perkembangan,” ujar Diane di sela kegiatan.

Ia menjelaskan, pemeriksaan serupa juga berlangsung di seluruh kabupaten/kota di Kaltim dengan dukungan Dinas Kesehatan setempat.

Di Mahakam Ulu, yang selama ini tidak memiliki dokter anak, IDAI Kaltim memanfaatkan tenaga dokter anak dari program Wajib Kerja Dokter Spesialis (WKDS) untuk melakukan pemeriksaan dan memberikan edukasi kepada masyarakat.

“Harapan kami, kegiatan ini bisa menyentuh daerah pelosok. Kami memilih daerah di kabupaten/kota dengan angka stunting tinggi agar upaya pencegahan lebih tepat sasaran,” ucapnya.

Selain skrining, sehari sebelumnya IDAI Kaltim menggelar penyuluhan kepada kader posyandu terkait pemberian ASI, makanan pendamping ASI (MPASI), imunisasi, serta pencegahan stunting.

Diane mengimbau para ibu yang memiliki bayi atau balita, terutama usia enam bulan ke atas, untuk rutin memantau pertumbuhan dan perkembangan anak melalui posyandu hingga usia dua tahun.

“Kalau ada gangguan gizi yang kita dapati lebih awal, penanganannya juga bisa dilakukan lebih cepat. Begitu pula cakupan imunisasi yang masih rendah di Kaltim, perlu kita tingkatkan agar anak tumbuh optimal dan siap bersaing di masa depan,” kata Diane.

Ia berharap persoalan stunting tidak hanya dilihat sebagai tanggung jawab sektor kesehatan semata. Menurutnya, masalah ini memiliki dimensi yang lebih luas, mencakup aspek pendidikan, sanitasi, ketersediaan pangan, hingga kesadaran gizi keluarga.

  • Beta

Beta feature

Related posts

Pelayanan Integrasi, Kemenkes Inginkan ILP Kesehatan

Nediawati

Kedokteran Nuklir Kaltim Jadi Pusat Rujukan Regional, 8.000 Pasien Telah Dilayani

Aminah

MBG Basi di SMAN 13 Samarinda, Pemprov Siapkan Evaluasi Semua Dapur Penyedia

Aminah

You cannot copy content of this page