Samarinda, Natmed.id – Kalimantan Timur (Kaltim) kembali mencatatkan tren positif dalam realisasi investasi, dengan menduduki peringkat ke-8 nasional pada semester I tahun 2025. Nilai realisasi tercatat mencapai Rp43,47 triliun atau melampaui target Kementerian Investasi sebesar Rp39,8 triliun.
Kepala DPMPTSP Kaltim, Fahmi Prima Laksana dalam High Level Meeting Regional Investor Relation Unit (RIRU) di Hotel Mercure Samarinda, Senin 29 September 2025, menyebut capaian ini memperlihatkan konsistensi Kaltim dalam menjaga kepercayaan investor.
“Selama empat tahun terakhir, Kaltim selalu berada di 10 besar nasional. Mulai 2021 peringkat 9, dan kini semester I 2025 naik ke peringkat 8. Dari target Rp79,86 triliun, kita sudah mampu realisasi lebih dari 100 persen,” ujar Fahmi.
Ia menjelaskan, capaian investasi tersebut ditopang oleh dominasi sektor pertambangan, perkebunan, dan industri pengolahan. Kabupaten Kutai Timur menjadi daerah dengan realisasi tertinggi, mencapai 92,39 persen dari target semester I.
Sementara itu, program Jospol yang diluncurkan Gubernur Rudy Mas’ud dan Wakil Gubernur Seno Aji sebagai terobosan mempermudah investasi, memberikan insentif, serta memperkuat kerja sama pusat-daerah-swasta, dinilai akan mulai terasa dampaknya dalam beberapa tahun ke depan.
Dari sisi kabupaten/kota, Kutai Timur mencatat realisasi tertinggi dengan capaian 92,39 persen. Disusul Balikpapan, Kutai Kartanegara, dan Berau. Fahmi menilai capaian ini menjadi alasan bagi pemerintah untuk memberi perhatian lebih pada daerah-daerah dengan progres signifikan.
“Kalau Kutai Timur bisa mencapai hampir 93 persen dari target semester pertama, berarti ada kecepatan dan daya tarik investasi yang kuat di sana. Kota lain juga harus mengejar agar target provinsi tercapai,” jelasnya.
Sektor dominan investasi masih ditopang oleh pertambangan, disusul perkebunan, serta industri pengolahan. Dari sisi penanaman modal asing (PMA), Singapura, Mauritius, Tiongkok, Malaysia, dan Inggris menjadi lima besar negara dengan nilai investasi terbesar di Kaltim.
Meski capaian investasi positif, masih ada sejumlah tantangan. Fahmi mengakui kendala utama terletak pada aksesibilitas infrastruktur, kepastian lahan yang belum sepenuhnya clean and clear, serta minimnya kajian pra-studi kelayakan (investment project ready to offer/IPRO).
“Investor sering tertarik pada satu titik, tapi karena RDTR atau status lahan belum selesai, mereka ragu untuk menanamkan modal. Ini harus kita percepat, karena kalau ada IPRO yang lengkap dengan data teknis, investor bisa langsung memilih,” ujarnya.
Masalah lain termasuk regulasi perizinan yang sering berubah, kurangnya SDM terampil di bidang pelayanan investasi, serta minimnya tenaga kerja lokal siap pakai untuk dunia usaha.
Pemprov Kaltim melalui DPMPTSP menyiapkan sejumlah langkah percepatan penyelesaian RTRW dan RDTR di kabupaten/kota, dukungan infrastruktur jalan, pelabuhan, dan telekomunikasi, hingga peningkatan kualitas SDM. Selain itu, Pemprov juga mendorong regulasi insentif penanaman modal berbasis risiko sesuai PP Nomor 28 Tahun 2025.
“Kalau kita bicara target, harus seperti di langit. Kalau jatuh, tetap di antara bintang-bintang. Dengan semangat itu, kita berharap capaian investasi Kaltim bisa mencapai 90 persen bahkan lebih di akhir tahun,” pungkas Fahmi.