Samarinda, natmed.id – Teknologi vaksin intranasal yang diberikan melalui semprotan hidung, menawarkan metode baru dalam dunia kesehatan.
Selain lebih nyaman karena tidak memerlukan jarum, vaksin ini dirancang untuk memberikan perlindungan langsung di saluran pernapasan atas, area yang sering menjadi pintu masuk patogen penyebab penyakit.
Vaksin intranasal memiliki sejumlah keunggulan dibandingkan dengan vaksin suntik konvensional. Pertama, vaksin ini dapat meningkatkan respons imun mukosa dan sistemik, sehingga perlindungan lebih optimal.
Kedua, metode ini non-invasif, sehingga lebih nyaman digunakan. Ketiga, vaksin ini efektif melawan patogen di saluran pernapasan, karena mampu menginduksi antibodi imunoglobulin A (IgA) yang spesifik.
Meski menawarkan banyak manfaat, pengembangan vaksin intranasal tidak mudah. Salah satu tantangan utama adalah stabilitas antigen yang harus tinggi agar vaksin tetap efektif.
Selain itu, lendir hidung dapat dengan cepat menghapus vaksin, sehingga dibutuhkan adjuvant atau bahan tambahan khusus untuk memperkuat efektivitasnya.
Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) saat ini sedang mengembangkan vaksin intranasal berbasis protein rekombinan. Teknologi ini menggunakan nanopartikel berbahan kitosan untuk meningkatkan stabilitas dan efektivitas antigen.
“Untuk pengembangan vaksin nasal ini, telah dihasilkan protein fusi yang mengandung tandem repeat epitope, yaitu CTA1-(S14P5)4-DD dan CTA1-(S21P2)4-DDI dalam nanopartikel kitosan. Saat ini sedang dilakukan uji imunogenisitas pada hewan coba,” jelas Kepala Pusat Riset Veteriner BRIN Harimurti Nuradji pada Sabtu, 11 Januari 2025.
Dengan riset yang terus berlanjut, vaksin intranasal diharapkan menjadi solusi masa depan dalam menghadapi pandemi, memberikan perlindungan lebih baik bagi masyarakat.