National Media Nusantara
Tokoh

Cerita Transmigran di Area IKN

PPU, Natmed.id – Mohammad Bisri (88) tahun, warga Desa Bumi Harapan, Kecamatan Sepaku Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU) bercerita tentang perjuangan transmigran di desa tersebut. Puluhan tahun lalu, mereka bertaruh nyawa membabat alas, meneroka belantara. Bahkan mereka sempat merasa dibuang oleh negara.

Kondisi rumah transmigrasi Desa Bumi Harapan, Kecamatan Sepaku, Penajam Paser Utara.

Dirinya berkisah perjuangan para transmigran di Kabupaten PPU pada masa lalu yang begitu berat. Kabupaten yang akan jadi ibu kota negara (IKN) itu dulunya hanyalah rawa-rawa dan hutan belantara. Jarak Desa Harapan Baru hanya berkisar 7 Km dari lokasi titik nol atau pembangunan IKN.

Pada Senin (29/11/2021) tim Natmed.id mengunjungi Desa Bumi Harapan yang merupakan salah satu desa transmigrasi di Kaltim sejak tahun 1960, saat Indonesia masih dipimpin oleh Presiden Seokarno.

Sesampainya di Bumi Harapan, kami menemui Bisri, transmigran asal Jember yang turut ikut program transmigrasi saat itu. Kami menemuinya saat ia sedang menunggu salat asar di musala depan rumahnya. Tanda-tanda usia senja begitu nampak pada wajahnya. Maklum, usianya sebentar lagi menginjak satu abad.

Penglihatan, pendengaran masih normal, namun sesekali menggunakan tongkat untuk memopong tubuhnya yang sudah renta.

Bisri bercerita, dirinya saat itu masih berusia 19 tahun. Ketika itu diajak kakaknya pindah ke Kaltim melalui program transmigrasi tahun 1960.

“Dulu kami berjalan ratusan meter untuk sampai di sini. Hampir seharian kami berjalan,” ungkapnya kepada Natmed.id saat ditemui di rumahnya, Senin (29/11/2021).

Melalui program transmigrasi ini, dirinya mendapatkan rumah dan lahan garapan. Lahan inilah yang nantinya akan jadi modal mereka untuk bertani.

“Ketika ditawari saya langsung mau. Dijanjikan dikasih rumah satu, tanah pekarangan, dan lahan tiga hektare,” tuturnya.

Ia juga mengatakan, kondisi di sana pada masa itu masih berbentuk rawa-rawa. Sedangkan tanahnya masih berjenis gambut. Jika tanah itu diinjak, maka bagian tanah lain kadang masih bergoyang-goyang. Ular, Beruang, dan binatang buas lainnya masih banyak ditemukan.

Lantas, ketika mendengar kabar soal pemindahan Ibu kota ke PPU, Bisri merasa bersyukur.

“Kalau pindah ibu kota. Alhamdulilah, semoga bisa nikmati. Walaupun semestinya yang menikmati itu anak cucu. Kalau pandangan saya sangat setuju,” tandasnya.

Related posts

Moeldoko Ziarah ke Makam Gus Dur dan Reunian di SMA 2 Jombang

Phandu

Nidya Listiyono Sebut Rudy Mas’ud Sebagai Figur Ideal untuk Pimpin Kaltim

Intan

Desman Minang Endianto, Jurnalis yang Melenggang di DPRD Kukar

Aminah