Samarinda, Natmed.id – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Samarinda tengah memaksimalkan penanganan sementara terhadap dampak cuaca ekstrem di wilayah tersebut.
Langkah ini menyusul berlangsungnya hujan deras selama beberapa hari terakhir yang mengakibatkan banjir, tanah longsor, dan pohon tumbang di berbagai titik wilayah kota.
“Kita harus selesaikan dalam 14 hari ini. Masyarakat butuh segera penanganan. Tapi, ini penanganan sementara, bukan permanen,” ujar Kepala BPBD Samarinda Suwarso usai menghadiri peresmian Taman Para’an, Senin pagi, 19 Mei 2025.
Penanganan sementara itu untuk dampak bencana yang terjadi sejak awal periode cuaca ekstrem mulai awal Mei 2025. Berdasarkan catatan BPBD, kejadian tanah longsor terjadi di Jalan Rejang Raya, Kelurahan Bukit Pinang, Kecamatan Samarinda Ulu. Kemudian, pohon tumbang di tiga lokasi berbeda, yaitu Jalan Cendana, Jalan Haji Jahrah RT 12, dan Jalan Padat Karya Samarinda Seberang.
Suwarso menambahkan bahwa BPBD telah menerjunkan tim tanggap darurat untuk mengecek dan melakukan kajian cepat terhadap kerusakan infrastruktur yang terjadi. Tim tersebut bergerak dari rumah ke rumah untuk memastikan data yang masuk sudah sesuai dengan kondisi di lapangan.
“Kami kerahkan semua personel BPBD. Kalau ada yang belum terakomodasi, harus dicek ulang,” ujarnya.
Penanganan yang diberikan BPBD mencakup kebutuhan dasar dan bantuan pascabencana, yang ditujukan sebagai bentuk pemulihan sementara bagi warga. Salah satu bentuk bantuannya adalah pemulihan rumah yang terdampak langsung oleh longsor atau bencana lainnya.
“Iya, bantuan itu bagian dari upaya pemulihan transisi. Tap,i sifatnya hanya sementara karena dari BTT tidak boleh digunakan untuk yang permanen. Fokus kita pemulihan dulu,” jelasnya.
Suwarso juga menegaskan bahwa seluruh proses ini dilakukan secara bertahap, sesuai kebutuhan dan kondisi di lapangan. Ia tidak menutup kemungkinan penyelesaian bisa lebih cepat dari batas waktu 14 hari yang direncanakan. Tentunya, ketika semua data dan kebutuhan teknis bisa dikumpulkan dan ditangani lebih awal.
“Kita sesuai kebutuhan saja, itu catatannya. Tapi, kalau bisa lebih cepat dari 14 hari, ya kita percepat karena masyarakat tidak bisa menunggu terlalu lama,” ucapnya.
Dengan intensitas cuaca yang masih berpotensi ekstrem dalam beberapa hari ke depan, BPBD terus memantau kondisi wilayah dan bersiap mengerahkan tim jika terjadi bencana susulan.
Koordinasi antarinstansi dan keterlibatan masyarakat dalam pelaporan kejadian juga dinilai penting untuk mempercepat proses tanggap darurat.
Suwarso mengimbau masyarakat untuk tetap waspada terhadap potensi terjadinya genangan air dan dampak cuaca buruk lainnya. Masyarakat juga diminta untuk berhati-hati saat melintasi wilayah yang tergenang banjir.
“Kami terus memantau perkembangan cuaca dan mempercepat proses penanganan, terutama di daerah rawan longsor,” jelasnya.
Dengan langkah-langkah yang diambil oleh BPBD dan koordinasi yang baik antarinstansi, diharapkan penanganan dampak bencana akibat cuaca ekstrem di Samarinda dapat berjalan efektif dan efisien, serta meminimalisir risiko bagi masyarakat.
Suwarso menambahkan, biaya penanganan sementara yang dilakukan BPBD menggunakan APBD pada pos Biaya Tak Terduga (BTT) yang secara aturan tidak boleh digunakan untuk pembiayaan infrastruktur atau pemulihan jangka panjang.